assalamu'alaikum..
selamat datang di blog ini
semoga bermanfaat

Jumat, 05 Desember 2014

untukmu wahai suami

ini adalah sebuah pemikiran yang tiba-tiba saja berkelebat. Saat membangun sebuah keluarga, di tengah perjalanan sering kita jumpai hal-hal yang tidak terduga. Masalah seringkali muncul tanpa diminta. Yang paling sensitif tentu saja masalah ekonomi. Banyak wanita yang fokus menjadi ibu rumah tangga saat statusnya berubah menjadi istri. Namun lebih banyak wanita yang masih bekerja di luar setelah menikah. Selain alasan menjadi wanita karir, alasan kedua yang sering muncul adalah karena ingin membantu suami. Yapz.. karena kondisi ekonomi yang kurang memungkinkan, membuat banyak istri ikut bekerja mencari nafkah. Mereka rela meninggalkan anak demi kelangsungan hidup keluarga. Para istri ini rela berbagi peran dengan suami. Namun... saat keduanya pulang ke rumah, ternyata tugas tidak berhenti sampai disitu saja. Jika seorang suami bisa beristirahat setelah seharian bekerja, tidak begitu dengan istri. Setelah seharian berperan sebagai pencari nafkah, sampai rumah pun masih ada pekerjaan lain yang menunggu. Ya,, tugas utamanya sebagai istri dan ibu. Hebat bukan?

Apakah para suami pernah memikirkan hal ini? Para suami yang mengizinkan dan "memaksa" para istri bekerja, apa pernah memberi apresiasi atas pengorbanan istri yang begitu besar ini. Hal kecil yang sering luput mungkin adalah memberi senyum tulus dan ucapan terima kasih setiap hari. Berlebihankah? saya rasa tidak, karena pengorbanan istri mereka sangat besar. Dan saya memikirkan satu hal, berapa banyak suami yang juga rela mengerjakan sebagian pekerjaan rumah istri sebagai "kompensasi" untuk istri tangguh itu? berapa banyak suami yang ketika pulang kerja, ikut serta membantu istri mencuci baju, menyetrika, memasak, atau membereskan rumah?